The Straits Times menilai, kunjungan luar negeri yang dilakukan oleh Prabowo lebih memiliki motif ekonomi ketimbang geopolitik atau pun pribadi.
“Inti dari visi kepresidenannya adalah tujuan untuk mencapai PDB sebesar 8 persen, naik dari kondisi saat ini yang berada pada angka 5 persen,” tulis media asing yang berbasis di Singapura tersebut.
Pencapaian visi tersebut, menurut The Straits Times, bergantung pada upaya menarik investor, terutama dalam bidang infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas dan produktivitas di seluruh Indonesia.
Di tingkat internasional, Prabowo mendorong agar Indonesia dapat lebih tegas dalam kelompok multilateral. Salah satunya ditandai dengan sikap pemerintah yang menyampaikan keinginan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS.
Selain itu, artikel tersebut turut mengungkap bagaimana Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim melihat sosok ‘sekutu’ dalam diri Prabowo. “Prabowo diharapkan akan memberikan dukungan kuat bagi pencapaian Malaysia di ASEAN. Dukungan tersebut memfasilitasi investasi lintas batas; konektivitas rantai pasokan dan pembangunan berkelanjutan; serta sejalan dengan apa yang ditekankan pada pemerintahannya terkait dengan ‘pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan’,” tulis The Straits Times.
Di sisi lain, artikel yang sama juga menyoroti bagaimana pendekatan kebijakan luar negeri Prabowo yang berupaya untuk meningkatkan hubungan Indonesia dengan Rusia dan Tiongkok telah memicu perdebatan, apakah langkah tersebut sesuai dengan kepentingan strategis nasional dalam konteks yang lebih luas.
“Para pengamat akan memantau secara cermat langkah Prabowo mengarungi keseimbangan global dan mengelola kritik dalam negeri terhadap keputusan internasionalnya,” tulis The Straits Times.