Biografi Sunan Drajat, Perjalanan Dakwah hingga 7 Filosofi Kehidupan

Luthfi Fahmi Amali Umar
Biografi Sunan Drajat patut disimak karena menjadi salah satu Wali Songo yangmendakwahkan Islam di Pulau Jawa. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, iNews.id - Biografi Sunan Drajat patut disimak karena menjadi salah satu Wali Songo yang mendakwahkan Islam di Pulau Jawa. Dia memiliki jiwa sosial dan kebijaksanaan yang tinggi terkhusus untuk menyejahterakan masyarakat sekitar Paciran, Lamongan, Jawa Timur.

Dakwah beliau berupa prinsip agama Islam dan akulturasi budaya yang membuat Islam diterima di masyarakat Jawa. 

Biografi Sunan Drajat

Sunan Drajat memiliki nama asli yaitu Raden Qosim lahir pada tahun 1470 masehi. Dia memiliki nama lahir Raden Maulana Hasyim dan kemudian mendapatkan gelar Raden Syarifuddin. Ada sekitar 5 julukan lagi yang di sematkan kepada Sunan Drajat, di antaranya Sunan Mahmud, Sunan Muryapada, Syekh Masakeh, Raden Imam, dan Sunan Mayang Madu.

Ayahnya Sunan Ampel merupakan seorang ulama dan salah satu Wali Songo. Sementara ibunya Nyai Ageng Manila ialah putri seorang Adipati Tuban. Dia merupakan anak kedua dari 5 bersaudara seklaigus adik dari Sunan Bonang yang juga menjadi salah satu Wali Songo. Sunan Drajat juga mempunyai hubungan dengan Nabi Muhammad SAW melalui Sayyidina Husein, cucu Nabi Muhammad SAW.

Nama Sunan Drajat didapatkan ketika dia menyebarkan dakwah di area Desa Drajat dan menjadikan desa tersebut sebagai pusat dakwahnya. Dia mampu mempertahankan pemerintahan otonom atas wilayah kekuasaan Drajat di seluruh wilayah Demak selama 36 tahun karena kecemerlangannya. Orang-orang kemudian menjulukinya dengan sebutan “Kadrajat” yang berarti diangkat derajatnya karena keberhasilannya. 

Dia juga memperoleh gelar Sunan Mayang Madu pada tahun 1520 yang diberikan Sultan Demak I karena dia berhasil untuk menyejahterkan masyarakat di Paciran.

Pendidikan dan Pengetahuannya tentang Agama Islam

Sunan Drajat memiliki kecerdasan yang luar biasa sejak dia kanak-kanak. Sebelum menjadi ulama ternama, dia tentunya sudah dibekali dan ditempa secara teratur oleh ayahnya dan beberapa ulama mengenai pemahaman agama Islam.

Sunan Drajat bersekolah di pesantren milik ayahnya yaitu Pondok Pesantren Ampel Denta di Surabaya. Dia kemudian berguru kepada Sunan Gunung Jati, seorang dai kondang yang mendakwahkan agama Islam di daerah Cirebon.

Di daerah Cirebon, Sunan Drajat dikenal dengan nama Syekh Syarifuddin. Dia membantu Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam di sana. Dia pun mendapatkan nasehat dari Sunan Giri tentang bagaimana cara berdakwah di pantai utara agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di sana.

Perjalanan Dakwah Sunan Drajat

Setelah Sunan Drajat mendapatkan pemahaman yang cukup mengenai agama Islam, kemudian dia memutuskan untuk memulai berdakwah didaerah pesisir utara wilayah barat tepatnya di daerah pesisir Gresik. Dalam perjalananannya menuju Surabaya dia menggunakan sebuah perahu dan ditengah perjalanan dia dihantam ombak yang cukup besar yang menyebabkan perahunya tenggelam. 

Kemudian dia berusaha untuk bertahan hidup dengan cara berpegangan ke dayung perahu yang dia miliki, hingga pada akhirnya dia diselamatkan oleh 2 ekor ikan yang cukup besar. Menurut beberapa sumber ikan tersebut yakni ikan cucut dan ikan talang. Dengan pertolongan 2 ikan tadi, Sunan Drajat terdampar sebuah pesisir yeng memiliki nama Desa Jelak, Banjarwati. 

Saat Sunan Drajat pertama kali datang ke Kampung Jalak, Mbah Mayang Madu dan Mbah Banjar yang merupakan pimpinan Kampung Jalak, menyambutnya dengan hangat. Sunan Drajat akhirnya menetap di Desa Jelak dan menikah dengan putri Mbah Mayang Madu, Nyai Kemuning.

Dia kemudian mendirikan surau yang berkembang menjadi pesantren yang dapat membantu masyarakat Desa Jelak. Hal ini menjadikan Desa Jelak menjadi desa maju yang kemudian berganti nama menjadi Desa Banjaranyar.

Sunan Drajat tinggal di Jelak selama lebih dari setahun, kemudian dia pergi mencari tempat yang lebih baik untuk berdakwah. Karena pilihan ini, dia pindah sekitar satu kilometer ke selatan, di mana dia memulai kehidupan baru di lahan yang pada awalnya masih liar.

Dia tidak mengambil begitu saja tanah tersebut tanpa meminta izin terlebih dahulu. Dia meminta persetujuan Sultan Demak I dan kemudian mendapatkan tanah tersebut. Wilayah terebut sangat penting karena aman dari banjir dan memiliki makna spiritual sebagai gunung yang dekat dengan Allah SWT. Hal ini karena dalam sejarah Islam, gunung dikaitkan dengan wahyu.

Editor : Rizal Bomantama
Artikel Terkait
Nasional
4 bulan lalu

Sunan Kalijaga Ternyata Keturunan Bangsawan Kerajaan Majapahit, Ini Garis Nasab Lengkapnya!

Nasional
5 bulan lalu

Kisah Sunan Drajat, Walisongo yang Gemar Sedekah ke Fakir Miskin dan Orang Sakit

Bisnis
1 tahun lalu

Menhub Luncurkan Buku Biografi, Luhut Kenang Momen Bersama Rampungkan Kereta Cepat hingga FIR

Bisnis
1 tahun lalu

Jelang Akhir Jabatan, Kemenkeu Terbitkan Buku Biografi Sri Mulyani: No Limits, Reformasi dengan Hati

Nasional
1 tahun lalu

Biografi Moerdiono, Jenderal TNI Tangan Kanan Soeharto yang Bubarkan PKI 

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal