Biografi Widji Thukul, dari Penyair hingga Pengkritik Orde Baru

Chocholie Cheline Gioh
Biografi Widji Thukul, aktivis yang melawan penindasan rezim Orde Baru.

JAKARTA, iNews.id - Biografi Widji Thukul, aktivis yang melawan penindasan rezim Orde Baru, selalu menarik untuk diketahui. Dia dikenal sebagai aktivis HAM sekaligus penyair yang puisi-puisinya berisi sindiran kepada pemerintah saat itu.

Biografi Widji Thukul

Berdasarkan data biografi Widji Thukul yang diperoleh dari berbagai sumber, dia lahir pada 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah. Terlahir dengan nama Widji Widodo dari keluarga Katolik, Widji Thukul merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.  Ayahnya seorang tukang becak dan ibunya membantu perekonomian keluarga dengan menjual ayam bumbu.

Sejak duduk di bangku SD, Widji Thukul sudah gemar menulis puisi. Sementara saat bersekolah di SMPN 8 Solo, dia menunjukkan ketertarikan pada dunia teater. Widji Thukul bergabung dengan kelompok Teater Jagat (Jagalan Tengah).

Bersama kelompoknya, dia sering mengamen puisi sambil diiringi musik seperti rebana, gong, suling, kentongan, gitar, dan sebagainya. Dia mengamen dari sekitar tempat tinggalnya di Solo hingga Yogyakarta, Klaten, bahkan Surabaya. 

Widji Thukul juga sempat mempelajari tari dan menimba ilmu di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia. Namun, karena kondisi ekonomi keluarga yang kurang, dia tidak menamatkan sekolah. 

Widji Thukul dikenal sebagai anak yang berbakti pada keluarga. Meski putus sekolah, dia berusaha membantu perekononomian keluarga dengan bekerja serabutan menjadi tukang koran, calo karcis bioskop, hingga tukang pengilap kayu di perusahaan perabotan. 

Pada Oktober 1989, Widji Thukul menikah dengan Siti Dyah Sujirah dan dikaruniai dua anak, yakni Fitri Nganthi Wani dan Fajar Merah.

Widji Thukul dianggap sebagai musuh oleh pemerintah Orde Baru karena puisi-puisinya berisi sindiran. Puisi yang dibuatnya dianggap bisa mengobarkan semangat kelompok tertindas. 

Pada 1994 di Ngawi, Jawa Timur, terjadi demonstrasi para petani dipimpin Widji Thukul. Karena demo tersebut, Widji Thukul ditangkap. 
Pada 11 Desember 1995 terjadi demonstraski kembali, kali ini dilakukan para buruh pabrik garmen PT Sri Rejeki Isman (Sritex). Dalam aksi tersebut, Widji mengalalami cedera mata dan hampir buta.

Selain menggeluti dunia seni, Widji Thukul juga pernah menjadi jurnalis. Dia pernah menjadi wartawan Masa Kini selama 3 bulan yakni pada 1988. Sajak-sajaknya pun diterbitkan di media cetak dalam hingga luar negeri.

Editor : Anton Suhartono
Artikel Terkait
Nasional
10 hari lalu

Riwayat Pendidikan Marsinah, Buruh Perempuan yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Nasional
12 hari lalu

Profil Soeharto Presiden ke-2 RI, Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Nasional
13 hari lalu

Marsinah Diberi Gelar Pahlawan Nasional, Adik Menangis hingga Cium Foto Kakak di Istana

Nasional
27 hari lalu

Praperadilan Ditolak, Pendukung Khariq Anhar Bentangkan Poster Protes di PN Jaksel

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal