JAKARTA, iNews.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menanggapi kabar beredar fenomena cuaca gelombang panas yang terjadi di dunia. BMKG memastikan fenomena tersebut tidak terjadi di Indonesia.
Kedeputian Klimatologi BMKG menjelaskan Indonesia memiliki wilayah dan karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah tinggi. Wilayah Indonesia juga memiliki karakteristik perubahan cuaca yang cepat.
"Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, maka dapat dikatakan bahwa di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena cuaca yang dikenal dengan gelombang panas tersebut," tulis BMKG dalam keterangan pers, Minggu (1/8/2021).
Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum pada 30 Juli 2021 tercatat antara 24.0-35.5 derajat celcius. Suhu maksimum sekitar 24 derajat celcius terjadi di bagian tengah Papua, dan maksimum mencapai 35.5 derajat celcius terjadi di Kalimarau, Berau.
Kondisi suhu maksimum dengan kisaran tersebut masih berada kondisi normal, dimana perubahan suhu maksimum harian masih dapat terjadi dalam skala waktu harian bergantung pada kondisi cuaca atau awan di suatu wilayah.
Saat ini berdasarkan siklus tahunan, posisi semu matahari berada di Belahan Bumi Utara (BBU), dimana pada periode Maret sampai September angin timuran yang identik dengan musim kemarau terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia.
"Yang terjadi di wilayah Indonesia adalah kondisi suhu panas harian yang umumnya terjadi di wilayah tropis, yang disebabkan oleh kondisi cuaca cerah pada siang hari dan relatif menguat pada saat posisi semu matahari berada di sekitar ekuatorial," kata BMKG.