“Periode sinodis bulan terhitung sejak konjungsi sebelumnya (awal Bulan Ramadan 1445 H) hingga konjungsi yang akan datang (awal Bulan Syawal 1445 H) adalah 29 hari 9 jam 20 menit. Waktu terbenam matahari dinyatakan ketika bagian atas piringan matahari tepat di horizon teramati,” tulis BMKG.
BMKG melaporkan di wilayah Indonesia pada 9 April 2024, waktu matahari terbenam paling awal adalah pukul 17.38.35 WIT di Merauke, Papua dan waktu terbenam paling akhir adalah pukul 18.46.48 WIB di Sabang, Aceh. Dengan memperhatikan waktu konjungsi dan matahari terbenam, dapat dikatakan konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam pada 9 April 2024 di wilayah Indonesia.
BMKG menjelaskan secara astronomis pelaksanaan rukyat hilal penentu awal bulan Syawal 1445 H adalah setelah matahari terbenam pada 9 April 2024.
Sementara, kata BMKG, bagi yang menerapkan hisab dalam penentuan awal bulan Syawal 1445 H, perlu diperhitungkan kriteria-kriteria hisab saat matahari terbenam pada 9 April 2024 tersebut.
BMKG melaporkan ketinggian hilal di Indonesia saat matahari terbenam pada 9 April 2024 berkisar antara 4,88 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 7,63 derajat di Sabang, Aceh. Sementara, elongasi geosentris di Indonesia saat Matahari terbenam pada 9 April 2024 berkisar antara 8,39 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 10,22 derajat di Sabang, Aceh.
Artinya, BMKG memprediksi pada 9 April 2024 posisi hilal telah melebihi kriteria yang ditetapkan MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura). Kriteria itu menyatakan imkanur rukyat dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Sehingga berdasarkan prediksi BMKG, maka Idul Fitri berpotensi serentak pada 10 April 2024.