JAKARTA, iNews.id - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan dampak perubahan iklim bukan isapan jempol semata. Bahkan, jika tidak ada intervensi kerugian ekonomi Indonesia bisa mencapai Rp544 triliun akibat perubahan iklim.
“Jika tidak ada intervensi kebijakan, potensi kerugian ekonomi di Indonesia (2020-2024) mencapai angka Rp544 triliun akibat dampak perubahan iklim,” kata Dwikorita, Jumat (7/7/2023).
Oleh karena itu, Dwikorita mengatakan kebijakan ketahanan iklim menjadi salah satu prioritas yang dinilai mampu menghindari potensi kerugian ekonomi sebesar Rp281,9 triliun hingga tahun 2024.
Dwikorita mengungkapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), BMKG diberikan mandat untuk mendukung peningkatan kualitas lingkungan hidup dan peningkatan ketahanan bencana dan iklim.
“Hal ini sangat penting karena berdasarkan hitung-hitungan Kementerian Keuangan, kerugian ekonomi akibat bencana diperkirakan mencapai rata-rata Rp22,8 triliun per tahunnya,” ujarnya.
Dwikorita menegaskan BMKG pun terus melakukan berbagai lompatan sebagai langkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
“Tidak hanya di sisi teknologi, namun juga di sisi sumber daya manusia (SDM) yang terus dikembangkan sesuai tuntutan dan kebutuhan yang semakin kompleks,” tuturnya.
Lebih lanjut, Dwikorita menyebut data dan informasi yang dikeluarkan BMKG tidak hanya dibutuhkan untuk urusan penanggulangan bencana alam saja, namun juga kesehatan, konstruksi, energi pertambangan, pertanian kehutanan, tata ruang, industri, pariwisata, transportasi, pertahanan keamanan, sumber daya air hingga kelautan perikanan.
“Khusus di sektor pertanian, BMKG terus melakukan penguatan literasi iklim dan cuaca kepada para petani dan penyuluh pertanian sebagai langkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Sekolah lapang iklim (SLI) terus digelar di seluruh penjuru Indonesia dengan menyasar berbagai komoditas unggulan pertanian,” tuturnya.