JAKARTA, iNews.id – Neraca perdagangan Indonesia saat ini kembali mengalami defisit, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat angka defisit sebesar 2,05 miliar dolar AS. Direktur Konsolidasi Nasional Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo–Sandi, Fuad Bawazier menilai, defisit neraca perdagangan Indonesia tersebut disebabkan negeri ini tidak memiliki ekspor andalan.
“Pertama, defisit itu karena ekspor kita melemah, kita tidak punya ekspor andalan. Di era orde baru, kita punya komoditas ekspor andalan dan dikawal oleh pemerintah dan itu berhasil seperti playwood dan tekstil jalan,” kata Fuad dalam diskusi bertajuk Nestapa Ekonomi Indonesia 2018 di Media Center Prabowo–Sandi, Jakarta, Rabu (19/12/2018).
Fuad menilai kebijakan ekonomi untuk menaikkan nilai ekspor serta valuta asing tidak dijalankan dengan baik dan tidak dikawal, sehingga defisit nercara perdagangan tidak bisa dihindari. Menurut mantan menteri keuangan itu, kebijakan penerapan B20 atau pencampuran 20 persen minyak sawit ke solar pun tidak berdampak besar. Bahkan, itu menjadi penyebab terbesar defisit dagang saat ini disumbang oleh sektor migas.
“Untuk mengurangi neraca perdagangan makanya ada B20. Itu enggak jalan, angka itu tidak pengaruh B20. Kalau dikasih B20, rusak mesin kita. Itu memang untuk bantu harga sawit yang jatuh,” ujarnya.
Menurut dia, migas selalu menjadi penyebab defisit neraca perdagangan karena pada saat ini Indonesia masih kurang eksplorasi sehingga pemerintah selalu melakukan impor BBM. Fuad menjelaskan, defisit neraca perdagangan itu berkaitan dengan impor BBM, karena konsumsi BBM Indonesia sekitar 1,6 juta barel per hari, namun produksinya hanya 750.000 barel per hari.