"Sebagian besar kasus anak yang mengalami stunting disebabkan oleh pernikahan orang tua di usia muda. Jika pernikahan terjadi saat usia di bawah 19 tahun, sekitar 95 persen anak yang lahir mengalami stunting. Hal ini disebabkan oleh belum siapnya rahim ibu untuk proses pembuahan," jelas Muslimatul Hasanah.
Dalam kerjasama dengan relawan Mak Ganjar, prevalensi stunting di Kabupaten Banjar mengalami penurunan signifikan dari 40 persen menjadi 26 persen.
Ganjar Pranowo, yang memiliki rekam jejak menurunkan angka stunting selama empat tahun berturut-turut di Jawa Tengah, merancang program Mak Ganjar untuk menanggulangi stunting di Kalimantan Selatan.
Berdasarkan perhitungan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), angka stunting di Jawa Tengah mengalami penurunan signifikan, yakni dari 24,4% pada tahun 2018 menjadi 18,3% pada tahun 2019, 14,5% pada tahun 2020, 12,8% pada tahun 2021, dan 11,9% pada tahun 2022.
Melalui penyuluhan dan distribusi makanan bergizi, Mak Ganjar berusaha memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya asupan nutrisi yang baik dan terjangkau. Koordinator Mak Ganjar DIY, Rindi Astika, menegaskan bahwa kegiatan ini bertujuan menjaga kesehatan anak dan ibu-ibu.
"Penyuluhan ini diselenggarakan dengan tujuan menjaga kesehatan anak dan kesehatan ibu-ibu," ujar Rindi Astika.