Sekian tahun lamanya, TK bergelut dalam kelompok NII khususnya mereka yang tinggal di wilayah Tangsel. Pengajian atau pertemuan di berbagai tempat dia ikuti. Tak ada kecurigaan apa pun, bahkan sebelumnya dia merasa aneh dengan tudingan jika NII kelompok radikal.
"Saya juga bingung awalnya, kenapa banyak yang bilang radikal segala macem. Padahal kalau pengajiannya bagus, makanya waktu itu saya aktif," katanya.
Beberapa lama, TK merasakan ada kejanggalan dalam ajaran NII. Terutama soal kepemimpinan dan negara Islam, dia menganggap NII mau mewujudkan semua itu dengan cara merebutnya dari NKRI.
"NKRI lebih jelas aja. Kalau di NII kan nggak ada yang urus surat-surat keperluan (administrasi) segala macam. Sedangkan kita kalau mau urus apa-apa ya ke NKRI. Makanya saya nggak sepakat soal ajaran negaranya (NII) itu," sambungnya.