JAKARTA, iNews.id - Contoh teks anekdot Bahasa Jawa berikut ini bisa kamu baca dan pelajari. Bacaan satu ini dengan mudah kita temukan pada mata pelajaran muatan lokal daerah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Umumnya, anekdot merupakan kisah dari orang penting atau terkenal serta berdasarkan kejadian yang sebenarnya.
Sedangkan, menurut Wijana (1995), dalam buku Teks Anekdot, Bahan Ajar Bahasa Indonesia Materi Teks Anekdot karangan Kabul Prasetya, dkk, teks anekdot adalah teks atau wacana yang bermuatan humor untuk menyindir, mengkritik secara tak langsung, atau bersenda gurau dalam segala macam kepincangan dan ketidakberesan yang terjadi di kalangan masyarakat.
Selain menggunakan Bahasa Indonesia, teks anekdot bisa juga disampaikan atau ditulis menggunakan Bahasa Jawa. Bacaan atau teks anekdot dengan bahasa daerah ini umumnya dapat dijumpai di Pulau Jawa dan sekitarnya.
Melansir berbagai sumber, Selasa (22/10/2024), contoh teks anekdot Bahasa Jawa.
Istri: "Pak, opo tandane yen bojo kuwi tresno tenan?"
Suami: "Ya kuwi yen bojone tuku klambi anyar, sing lanang ora protes."
Istri: "Wah, yen ngono sampeyan tresno banget karo aku ya, Pak?"
Suami: "Lho, kok ngono?"
Istri: "Lha wong aku wis tuku klambi anyar ping telu minggu iki, sampeyan ora tau protes kok."
Terjemahan:
Istri: "Pak, apa tandanya kalau suami itu cinta sungguhan?"
Suami: "Ya itu kalau istrinya beli baju baru, yang laki tidak protes."
Istri: "Wah, kalau begitu kamu cinta sekali sama aku ya, Pak?"
Suami: "Lho, kok begitu?"
Istri: "Lha aku sudah beli baju baru tiga kali minggu ini, kamu tidak pernah protes kok."
Anak: "Pak, opo bedane wong sing sukses karo wong sing gagal?"
Bapak: "Gampang, Le. Wong sukses kuwi duwe akeh masalah, ning iso ngadhepi. Wong gagal kuwi duwe sithik masalah, ning ora iso ngadhepi."
Anak: "Wah, yen ngono Bapak ki wong sukses banget yo?"
Bapak: "Lho, kok ngono?"
Anak: "Lha wong Bapak ki masalahe akeh banget kok, ning yo tetep iso ngadhepi."
Terjemahan:
Anak: "Pak, apa bedanya orang yang sukses dengan orang yang gagal?"
Bapak: "Gampang, Nak. Orang sukses itu punya banyak masalah, tapi bisa menghadapi. Orang gagal itu punya sedikit masalah, tapi tidak bisa menghadapi."
Anak: "Wah, kalau begitu Bapak ini orang sukses sekali ya?"
Bapak: "Lho, kok begitu?"
Anak: "Lha Bapak ini masalahnya banyak sekali kok, tapi ya tetap bisa menghadapi."
Penumpang: "Pak, iki kok ongkose larang temen to?"
Tukang Becak: "Nggih, Pak. Lha wong bensin saiki yo larang."
Penumpang: "Lho, becak kok nganggo bensin?"
Tukang Becak: "Nggih mboten, Pak. Ning nek kulo mboten ngomong ngoten, sampeyan mesthi mboten percaya nek ongkose pancen larang."
Terjemahan:
Penumpang: "Pak, ini kok ongkosnya mahal sekali?"
Tukang Becak: "Iya, Pak. Lha bensin sekarang juga mahal."
Penumpang: "Lho, becak kok pakai bensin?"
Tukang Becak: "Ya tidak, Pak. Tapi kalau saya tidak bilang begitu, Anda pasti tidak percaya kalau ongkosnya memang mahal."
Guru: "Yen 2+2 piro, Budi?"
Budi: "5, Bu Guru."
Guru: "Salah, Budi. Sing bener kuwi 4."
Budi: "Nggih, Bu. Ning kulo wau kepingin aweh kesempatan dateng Bu Guru kangge mbeneraken kulo."
Terjemahan:
Guru: "Kalau 2+2 berapa, Budi?"
Budi: "5, Bu Guru."
Guru: "Salah, Budi. Yang benar itu 4."
Budi: "Iya, Bu. Tapi saya tadi ingin memberi kesempatan kepada Bu Guru untuk membenarkan saya."
Istri: "Pak, aku pengin tuku tas anyar. Oleh ora?"
Suami: "Aduh, Bu. Duite lagi tipis iki."
Istri: "Yo wis, aku tak tuku dompet wae."
Suami: "Lho, kok malah dompet?"
Istri: "Ben isa ngisi dhuwit akeh, Pak. Dadi sesuk iso tuku tas."
Terjemahan:
Istri: "Pak, aku ingin beli tas baru. Boleh tidak?"
Suami: "Aduh, Bu. Uangnya lagi tipis ini."
Istri: "Ya sudah, aku beli dompet saja."
Suami: "Lho, kok malah dompet?"
Istri: "Biar bisa mengisi uang banyak, Pak. Jadi besok bisa beli tas."
Bapak: "Le, yen kowe entuk rangking siji, Bapak tukokke pit anyar yo?"
Anak: "Siap, Pak! Kulo badhe sinau saestu!"
(Seminggu kemudian)
Anak: "Pak, kulo rangking setunggal!"
Bapak: "Wah, pinter tenan! Endi rapote?"
Anak: "Niki, Pak. Kulo rangking setunggal... saking ngandhap."
Terjemahan:
Bapak: "Nak, kalau kamu dapat rangking satu, Bapak belikan sepeda baru ya?"
Anak: "Siap, Pak! Saya akan belajar sungguh-sungguh!"
(Seminggu kemudian)
Anak: "Pak, saya rangking satu!"
Bapak: "Wah, pintar sekali! Mana rapornya?"
Anak: "Ini, Pak. Saya rangking satu... dari bawah."
Anak: "Pak, opo bedane antarane wong sugih karo wong mlarat?"
Bapak: "Gampang, Le. Yen wong sugih kuwi mangan kanggo urip, yen wong mlarat kuwi urip kanggo mangan."
Terjemahan:
Anak: "Pak, apa bedanya antara orang kaya dan orang miskin?"
Bapak: "Gampang, Nak. Kalau orang kaya itu makan untuk hidup, kalau orang miskin itu hidup untuk makan."
Penumpang: "Mas, kok ngebut banget to? Opo ra wedi nabrak?"
Sopir: "Tenang wae, Pak. Kulo niki sopir profesional. Nabrak nopo mboten niku wis dadi rejeki."
Terjemahan:
Penumpang: "Mas, kok ngebut sekali? Apa tidak takut nabrak?"
Sopir: "Tenang saja, Pak. Saya ini sopir profesional. Nabrak atau tidak itu sudah jadi rejeki."