Dony menjelaskan, suntikan modal ini akan digunakan untuk mendanai kebutuhan maintenance, repair and overhaul (MRO), yang merupakan bagian dari total dukungan pendanaan awal ke Garuda Indonesia dengan total 1 miliar dolar AS.
Adapun kolaborasi fase awal ini difokuskan pada perawatan dan peningkatan kesiapan operasional armada Garuda Indonesia Group, baik untuk Garuda Indonesia sebagai full service carrier (FSC) maupun Citilink Indonesia sebagai low cost carrier (LCC).
"Suply chain ini masih menjadi permasalahan makro ya di dunia, dan masih menjadi tangangan bagi industri penerbangan. Dengan adanya proses pemesanan lebih awal, jadi dengan adanya pendanaan ini, kita memiliki keleluasan untuk bisa melakukan pemesanan slot dan spare part lebih awal," tuturnya.
Selanjutnya, dukungan pembiayaan tersebut akan diikuti oleh berbagai langkah yang berfokus pada optimalisasi kinerja operasional dan keuangan guna mendukung transformasi bisnis jangka panjang menjadi maskapai penerbangan yang berkelanjutan.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani mengatakan, dengan aksi korporasi Danantara ini, diproyeksikan pada tahun 2026 perseroan sudah akan membukukan net income yang positif.
"Kami proyeksikan di tahun 2026 menjadi titik balik bagi Garuda Indonesia, dan kami optimistis kami akan membukukan net income yang positif," ujar Wamildan.