JAKARTA, iNews.id – Hasil survei oleh sejumlah lembaga pada umumnya menempatkan elektabilitas pasangan calon (paslon) gubernur Deddy Mizwar dan calon wakil gubernur Dedi Mulyadi (Duo DM) di atas 30 persen, bahkan sempat di atas 40 persen, di Pilkada Jawa Barat 2018. Namun, hasil hitung cepat (quick count) malah menunjukkan suara yang didapat pasangan yang diusung Partai Golkar dan Partai Demokrat itu hanya berkisar 25 persen.
Menanggapi fakta tersebut, Dedi Mulyadi mengatakan, tagar (tanda pagar) #2019GantiPresiden yang diusung paslon Sudrajat dan Ahmad Syaikhu (Asyik) telah memengaruhi perolehan suaranya dalam Pilkada Jabar, Rabu (27/6/2018) pekan lalu. “Tagar itu sangat memengaruhi perolehan suara pemilihan gubernur di Jawa Barat,” ujar Dedi di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (2/7/2018).
Menurut dia, tagar yang diusung oleh paslon dari Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Amanat Nasional (PAN) itu berhasil menggerus perolehan suaranya dan Deddy Mizwar (Demiz) secara signifikan. Terlebih, ketika kaus bertuliskan tagar tersebut ditampilkan Sudrajat dan Syaikhu di ajang debat resmi Pilkada Jabar, Mei lalu.
Dedi menilai kemunculan tagar #2019GantiPresiden menyebabkan kelompok yang menolak Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya menjatuhkan pilihan kepada satu pasangan (Asyik). Padahal, Demiz—yang menjadi pasangannya di Pilgub Jabar—dikenal dekat dengan partai pengusung Sudrajat-Syaikhu, yakni Gerindra dan PKS.
Demiz tak sekadar memiliki latar belakang politik beirisan dengan PKS. Aktor kawakan itu sebelumnya juga terlibat dalam Gerakan 212, sehingga gelombang politiknya sebenarnya selaras dengan tagar #2019GantiPresiden. Akan tetapi, keberanian dari pasangan Asyik menampilkan baju kaus yang menampilkan tagar tersebut pada acara debat resmi ternyata punya dampak siginifikan terhadap suara Duo DM.