SBY menekankan bahwa reformasi PBB hanya dapat dilakukan jika ada kekompakan dari sebagian besar anggotanya, sesuai namanya sebagai persatuan bangsa-bangsa.
"Bukan sekelompok bangsa yang terbelah antara yang kuat dan yang lemah, yang kaya dan miskin. Tanpa persatuan, negara-negara tidak dapat saling bekerja bersama. Jika mereka tidak dapat saling bekerja bersama, maka multilateralisme menjadi tidak berarti," kata SBY.
Berbicara dari pengalamannya sendiri dalam forum-forum global, SBY menjelaskan bagaimana dia pernah merasakan semangat kerja sama dalam mengatasi krisis keuangan global 2008, negosiasi perubahan iklim, dan adopsi SDGs.
Menutup pidatonya, SBY menyampaikan seruan pada dunia untuk kembali ke jalur kerja sama untuk mengatasi berbagai persoalan yang ada.
"Untuk menghindari bencana iklim, untuk menghindari perang dunia besar lainnya, untuk mencegah lebih banyak penderitaan manusia, mari kita kembali ke jalur kerja sama, kemitraan, dan kolaborasi. Tak ada negara yang bisa mengatasi problem global sendirian. Tidak ada negara yang bisa merasa aman, dengan membuat negara-negara lain merasa tidak aman," ucap SBY.
Dalam forum internasional ini, SBY diundang untuk menyampaikan pidato kunci, dan kemudian juga menjadi panelis diskusi. Konferensi Tokyo mulai diselenggarakan pada tahun 2017, bekerja sama dengan 10 lembaga terkemuka.
Konferensi ini bertujuan menjadi platform tingkat tinggi untuk mendorong kerjasama multilateral, menghasilkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan global, dan memajukan perdamaian internasional.
Tema utama konferensi tahun ini adalah ‘Kerja sama internasional dan pemulihan perdamaian pada peringatan 80 tahun berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa.’