Saat mengunggah di media sosial, isu itu kemudian viral. Namun, begitu polisi melakukan rekonstruksi, banyak sekali keganjilan. ”Akhirnya yang bersangkutan mengakui bahwa peristiwa penganiayaan itu tidak terjadi. Tapi itu sengaja dilakukan untuk menarik perhatian pengurus masjid agar gajinya dinaikkan," kata Tito.
Fakta lain dari isu-isu ini adalah betul terjadi penganiayaan, tetapi korbannya adalah warga biasa, bukan tokoh agama. Tetapi, lanjut Tito, kejadian itu juga diviralkan di media sosial, seolah-olah korban merupakan tokoh agama.
Dalam mengungkap kasus-kasus ini, polisi juga menemukan fakta tidak ada kasus penganiayaan. Namun isu itu beredar seolah-olah terjadi penyerangan. Jumlahnya bahkan mencapai 32 kasus. ”Polri mempunyai data yang sangat lengkap sekali, kasus per kasus. Kalau dilihat semuanya bersifat spontan,” kata dia.
Tito menegaskan bahwa Polri tidak bisa menyelesaikan kasus ini sendirian. Dia berharap Muhammadiyah dan ormas agama lain turut memberikan edukasi kepada masyarakat terhadap isu-isu hoax. Dia juga meminta warga untuk selalu mengecek kebenaran informasi yang berkembang.
"Seperti kata Ketua Umum Haedar Nashir, tolong tabayyun. Jangan termakan, apalagi sampai berkonflik di antara kita," kata Tito.