“Perlu dipahami bahwa misi kerasulan Muhammad SAW adalah menyebarkan rahmat bagi alam semesta. Lil ‘alamin artinya seuruh alam, jadi bukan lil muslimin, atau rahmat hanya untuk seluruh Muslim,” katanya.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini mengatakan, dalam Musyawarah Besar Pemuka Agama untuk Kerukunan Bangsa yang diselenggarakan Kantor UKP-DKAAP di Jakarta, Februari lalu, para pemuka agama membahas bersama dasar relasi hubungan antaragama. Pondasi relasi tersebut harus bersandar pada persahabatan berdasarkan kemanusiaan sejati. Dalam pertemuan itu juga disepakati bahwa NKRI berdasarkan Pancasila adalah final.
“Takdir kita adalah hidup sebangsa di dalam kemajemukan. Untuk itu kita mengaku bahwa Bersama kita dari Tuhan, untuk Tuhan dan kemanusiaan. Di dalam Islam, ini yang dimaksudkan dengan rahmatan lil alamin. Hasil mubes ini akan kita sosialisasikan ke wilayah-wilayah,” kata Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
Menurut Din, kerukunan yang diperjuangkan bukan saja berdasarkan kebutuhan bangsa, tetapi juga kebutuhan orang per orang dan kelompok per kelompok. Dalam kaitan ini kerukunan tak boleh menghalangi misi dan dakwah. “Sebaliknya juga misi dan dakwah tak boleh mengganggu kerukunan,” katanya.
Dia pun menjelaskan pada dasarnya agama Islam, Kristen, dan Yahudi memiliki lebih banyak persamaan dibandingkan perbedaan. Salah satu contohnya, antara Islam dan Kristen sama-sama menerima Isa. Bedanya hanya soal penyebutan, Islam menerimanya sebagai salah satu rasul yang agung, sementara Kristen mengakuinya sebagai Tuhan. Dalam Alquran penyebutan nama Isa Almasih lebih banyak ketimbang Muhammad.