Terkait kesejahteraan ekonomi sosial, mantan peneliti Litbang Ekonomi dan Pembangungan LIPI itu berpendapat, kebijakan harus menyasar masyarakat yang paling termajinalisasikan. Buruh dan anak sekolah harus ditingkatkan sumber daya manusianya (SDM) melalui pendidikan dan asupan gizi sehingga kualitas dan kecerdasan semakin tinggi.
“IQ warga negara Indonesia cenderung rendah di Asia. Soal kesejahteraan, apa pun yang dilakukan pemerintah yang baru, harus menyentuh mereka yang termarjinalisasikan. Untuk apa infrastruktur? Kalau tidak menyentuh masyarakat yang termarjinalisasikan,” tuturnya.
“Stunting di Indonesia diawali dengan stunting cara berpikir pada kalangan elitenya yang nggak bisa memperbaiki tantangan global jadi mereka hanya menjadi echo chamber. Akhirnya hanya segelintir orang dari elite kita yang bisa melaksanakan. Secara agregat tetap tidak bisa bersaing,” kata dia.
Terkait hal tersebut, paslon Ganjar-Mahfud menyadari pendidikan dan kesehatan merupakan bagian yang harus diperbaiki guna mencapai pemerataan kesejahteraan ekonomi sosial.
“Maka kita coba menyusun suatu perencanaan agar kalau kemudian dari dua hal ini bisa kita jadikan prioritas. Kesehatan dan pendidikan, karena kalau kesehatan baik, anak mulai dari kandungan ibunya sehat, bayinya sehat," pungkasnya.