Peningkatan aktivitas ini mengindikasikan adanya tekanan tinggi yang tertahan di dalam perut gunung. Jika terus berlanjut, tekanan tersebut berpotensi memicu erupsi eksplosif. Erupsi terakhir terjadi pada 9 Agustus 2025, dan hingga kini belum ada letusan susulan.
Selain itu, pemantauan deformasi dengan tiltmeter menunjukkan adanya pengembungan cukup besar pada tubuh gunung. Data GNSS juga memperlihatkan pergerakan suplai magma menuju bagian dangkal, memperkuat indikasi peningkatan aktivitas.
Dengan peningkatan status menjadi Level IV Awas, masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tidak beraktivitas dalam radius 6 km, serta sektoral barat daya–timur laut sejauh 7 km dari pusat erupsi.
KESDM juga mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti arahan resmi dari pemerintah daerah. Warga diminta waspada terhadap potensi banjir lahar hujan, terutama di daerah aliran sungai berhulu di Gunung Lewotobi Laki-Laki, seperti di Nawakote, Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya, hingga Nurabelen.
Selain itu, masyarakat terdampak hujan abu vulkanik dianjurkan menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut untuk melindungi saluran pernapasan.