“Mereka mengindikasikan bahwa kemungkinan Bank Sentral Amerika akan kembali menurunkan suku bunga. Itu dilihat dari data inflasi yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Ekspetasinya adalah 3,1 persen tetapi kenyataannya 3 persen,” ujarnya.
Dari hasil tersebut, Ibrahim memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan pekan depan.
“Sebenarnya pelaku pasar sudah tahu bahwa Bank Sentral akan menurunkan suku bunga 25 basis point, tetapi yang diinginkan oleh pasar itu adalah pernyataan dari Bank Sentral tentang ke depan, di bulan November-Desember, apakah akan kembali menurunkan suku bunga atau mempertahankan suku bunga,” tutur dia.
Selain faktor suku bunga, ketidakpastian politik di AS juga turut menjadi pendorong penguatan harga emas dunia. Hingga akhir pekan, pemerintahan federal AS masih mengalami shutdown yang telah berlangsung selama lebih dari 24 hari.
“Artinya, kemungkinan libur pemerintahan federal akan cukup lama, dan Trump ogah untuk melakukan mediasi dengan Partai Demokrat,” ujar Ibrahim.
Sementara secara global, eskalasi konflik Rusia-Ukraina kembali meningkat setelah Rusia melakukan serangan sporadis di wilayah Donetsk dan Dombas. Kondisi ini, kata Ibrahim, menimbulkan kekhawatiran baru di pasar dan mendorong bank-bank sentral global kembali melirik emas sebagai aset lindung nilai.