"Maksud saya bukan eror sampling dalam istilah survei. Tapi sample yang dipakai kalau eror, maka hasilnya juga eror," ujar Ikram.
Kemudian, dia menambahkan, perlu ada evaluasi cepat oleh asosiasi bila ditemukan kejanggalan dalam hasilnya. Semisal, ada perolehan elektabilitas pasangan calon tertentu di luar batas kewajaran, maka harus diketahui penyebabnya.
Dia menjelaskan, kelemahan lembaga survei jarang yang mampu melihat kecenderungan golput. Bisa jadi karena alasan tidak tahu kapan waktu penyelenggaraan pemilu, serta masalah pragmatis.
"Ada juga karena belum tahu akan pilih calon yang mana," ujar Ikram.
Dalam acara tersebut, hadir juga Prof Yahya Umar, pakar Psikometri Riset dan Statistik, Hendrasmo, Direktur Eksekutif Indo Survey & Strategy, Hasanudin Ali, CEO Alvara Resecarh Center dan Toto Suryaningtyas, peneliti Litbang Kompas.