“Perawakannya tidak terlalu tinggi, memakai celana pendek, kaus putih dan sepatu kets,” kata Prabowo.
Sosok itu melihat Prabowo dan kawan-kawannya. Hanya melihat, tidak menegur. Akan halnya Prabowo juga membalas melihat. Belakangan diketahui sosok itu Mung.
Pada pagi itu dia rupanya sedang sidak ke Akabri. Jabatan Mung kala itu Inspektur Jenderal Angkatan Darat (Irjenad).
“Setelah sadar siapa dia, kami langsung lari menuju lapangan olahraga,” kata Prabowo.
Putra Begawan Ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini menambahkan, Mung sangat terkenal karena memberikan keteladanan.
Tentara yang pernah menjadi Komandan Pasukan Tengkorak itu selalu memulai lebih dahulu dalam setiap pelatihan, entah itu panjat dan turun tebing, terjun, lempar pisau, menembak atau lari.
Mung pernah memimpin lari seluruh pasukan yang terdiri atas 1 resimen dan 2 batalyon dari Cijantung ke Cililitan pulang-pergi. Bila berlari, kata Prabowo, Mung selalu membawa senjata dan membuka baju seperti anak buahnya.
“Beliau sangat terkenal sebagai perwira spartan. Perwira yang tangguh dan kuat fisiknya,” ucap Prabowo.
Mung saat letkol dipercaya menjabat Komandan RPKAD pada 1958. Dia meneruskan kepemimpinan Mayjen Inf Kaharuddin Nasution. Jabatan orang nomor satu di satuan elite tersebut dipegangnya hingga 1964. Penggantinya kelak Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo.
Di era kepemimpinan Mung, terjadi perubahan pakaian dinas lapangan RPKAD. Jika dulu pasukan tempur mematikan itu identik dengan loreng macan tutul, kemudian diubah dengan corak yang dipakai hingga saat ini, yaitu loreng darah mengalir.