Rikwanto lantas membandingkan dengan beberapa negara maju karena kemampuan soft skill yang dimiliki negara tersebut. Di antaranya Jepang yang memiliki kemampuan teknologi tinggi, kepatuhan masyarakat, yang sudah diajarkan sejak usia dini.
Mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini juga mencontohkan Swiss yang tak memiliki pohon coklat namun dikenal sebagai negara yang memasarkan coklat di dunia. Selain itu, bank-bank di Swiss memiliki reputasi yang tinggi dan aman di mata dunia.
"Terus ada Perancis, dia hasilkan parfum dengan kualitas terbaik di dunia dengan harga sangat mahal. Padahal bahan-bahan parfumnya juga dari negara berkembang. Mereka bisa mengelola itu, tapi kita enggak bisa melakukannya," katanya.
Kemajuan negara-negara tersebut, menurutnya, karena prinsip dasar kehidupan yang dipatuhi setiap penduduknya. Prinsip tersebut yakni etika, kejujuran, integritas, tanggung jawab, taat aturan dan hukum masyarakat, serta hormat pada hak orang lain. Selain itu, cinta pekerjaan, berusaha keras menabung dan investasi, mau bekerja keras, dan tepat waktu.
"Jadi kita bukannya enggak bisa maju, kita punya potensi, tapi kita terbelakang, lemah, miskin karena perilaku kita yang kurang atau tidak baik," ujarnya. Karena itu, ujar Rikwanto, hal pertama yang perlu dilakukan untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju adalah perubahan pada diri sendiri.
Workshop FIF Group yang merupakan agenda tahunan ini diikuti 30 peserta dari kepala cabang FIF Group. Mereka dari berbagi wilayah di Indonesia khususnya kepala cabang di daerah. Pelatihan ini dimaksudkan untuk membekali kepala cabang dalam membangun perseroan khususnya melalui bidang komunikasi.