Berangkat dari pengalaman Indonesia tersebut, Kamaruddin mengusulkan lima inisiatif strategis sebagai kontribusi nyata Indonesia dan menjadi pertimbangan dalam kerja sama negara-negara BRICS.
Pertama, membangun Pusat Pengetahuan Islam BRICS. Sebuah platform daring untuk berbagi hasil penelitian tentang teologi dan isu-isu lain yang disepakati, berfungsi sebagai laboratorium virtual bagi para ulama, akademisi, atau kalangan intelektual.
Kedua, program pertukaran ulama muda, yakni program beasiswa satu tahun yang memungkinkan sarjana atau ulama muda berotasi di negara-negara BRICS untuk mendalami konteks lokal dan membangun jaringan profesional secara global.
Ketiga, kemitraan zakat dan wakaf BRICS sebagai upaya mengintegrasikan sistem zakat, wakaf, dan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mengoptimalkan potensi sumber daya filantropi.
Keempat, inisiatif ekoteologi, ketahanan pangan, dan halal. Riset kolaboratif mengenai restorasi lahan kritis, konservasi air, dan pertanian halal berkelanjutan.