Putrinya, Pramodawardhani, menikah dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya. Ini menjadi titik awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
Rakai Pikatan atau Mpu Manuku menjadi raja keenam. Namanya tercantum dalam Prasasti Mantyasih dan Prasasti Argapura.
Raja ketujuh adalah Rakai Kayuwangi atau Dyah Lokapala. Dia naik tahta pada 856 sesuai Prasasti Siwagerha.
Rakai Watuhumalang menjadi raja kedelapan setelah perebutan kekuasaan antar putra Rakai Pikatan.
Kemudian Rakai Watukura Dyah Balitung menjadi raja kesembilan. Dia memindahkan pusat kerajaan ke Poh Pitu, wilayah Kedu. Mpu Daksa naik tahta menggantikan saudara iparnya. Nama Daksa sering disebut bersama istri Balitung dalam beberapa prasasti.
Raja ke-11 adalah Rakai Layang Dyah Tulodong. Dia diduga menantu Mpu Daksa yang mendapat gelar Rakai Layang.
Rakai Sumba Dyah Wawa menjadi raja ke-12 berdasarkan Prasasti Wulakan. Namun catatan sejarah tentang pemerintahannya minim.
Mpu Sindok, raja ke-13, memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur akibat letusan gunung dan peperangan.
Sri Lokapala menjadi raja ke-14. Dia menantu Mpu Sindok dan berasal dari Bali. Prasasti Gedangan 950 mencatat anugerah desanya untuk pendeta Buddha.
Makuthawangsawardhana menjadi raja ke-15. Dia hanya disebut dalam Prasasti Pucangan sebagai kakek Airlangga.