PADANG, iNews.id - Jemaah Tarekat Naqsabandiyah di Kota Padang, Sumatera Barat melaksanakan Salat Iduladha, Kamis (5/6/2025) hari ini. Pelaksanaan Salat Iduladha digelar di Surau Baru, Kelurahan Cupak Tangah, Kecamatan Pauh dan dipimpin Buya Zahar Malin Zahar selaku guru utama tarekat tersebut.
Menurut Buya Zahar, penetapan Hari Raya Iduladha ini sudah dilakukan sejak awal Ramadan menggunakan metode hisab dan rukyat yang berpijak pada dalil, ijmak dan qiyas.
"Penetapan 10 Zulhijah dilakukan menggunakan metode hisab, rukyat, dalil, ijmak, dan qiyas. Semua itu sudah kami hitung sejak awal Ramadan," ujar Buya Zahar kepada wartawan usai Salat Id, Kamis (5/6/2025).
Dia menegaskan, pelaksanaan lebih awal bukan dimaksudkan untuk mendahului pemerintah atau negara lain, melainkan tradisi yang sudah berlangsung sejak lama di kalangan pengikut Naqsabandiyah.
"Ini bukan soal cepat atau lambat. Sejak dulu memang seperti ini. Jadi ini bukan hal baru bagi kami," katanya.
Dalam Salat Iduladha yang berlangsung khidmat, jemaah yang hadir didominasi warga Kota Padang. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini tidak banyak terlihat jemaah dari luar daerah.
Salah satu kekhasan salat jemaah Tarekat Naqsabandiyah yakni penggunaan bahasa Arab dalam khutbah. Menurut Buya Zahar, khutbah yang disampaikan dalam bahasa Indonesia tidak sah disebut khutbah.
"Kalau khutbah pakai bahasa Indonesia, itu ceramah namanya. Salat pakai bahasa Arab, khutbah juga harus Arab," ucapnya.
Khutbah juga disertai dengan penggunaan tongkat oleh khatib. Bagi jemaah Naqsyabandiyah, tongkat memiliki makna filosofis mendalam.
"Tongkat itu pegangan. Dalam hidup ini hanya satu pegangan: Allah. Tidak boleh ada dua," kata Buya Zahar.