JROTC, Program Disiplin AS yang Bisa Selamatkan Siswa Nakal di Indonesia

Yunaldi Libra
Cadet army JROTC sedang mengikuti lomba drill senapan. (Foto: usarmyjrotc.com)

Mengapa JROTC Bisa Jadi Solusi bagi Siswa Nakal di Indonesia?

JROTC bisa menjadi model inspiratif bagi pendidikan di Indonesia, khususnya untuk siswa nakal atau bermasalah karena, yang pertama, program ini fokus pada pembinaan karakter jangka panjang, bukan pada hukuman. Anak diajak berproses, bukan dipaksa berubah dalam waktu singkat. Yang kedua, program ini mengajarkan disiplin dengan pendekatan positif melalui kegiatan baris-berbaris, olahraga, dan kerja sama tim. Dan yang ketiga, program ini membangun keterampilan sosial dan kepemimpinan. Sehingga siswa yang memiliki kesulitan mengelola emosi, berkomunikasi, dan bekerja sama, bisa dilatih menjadi pemimpin kecil di lingkungannya, mulai dari memimpin kelompok kecil hingga organisasi sekolah.

Model inspiratif JROTC untuk menjadi solusi siswa bermasalah di Indonesia juga didukung oleh teori komunikasi. Ada setidaknya 3 teori komunikasi yang mendukung program ini. Yang pertama adalah Teori Komunikasi Interpersonal. Teori ini menekankan pentingnya interaksi antar individu dalam membentuk perilaku. Perubahan perilaku siswa akan terjadi pada saat interaksi antara instruktur JROTC yang biasanya dari veteran militer. Melalui bimbingan dan pelatihan, instruktur akan membantu siswa merefleksikan kesalahan, belajar memperbaiki diri, dan mengembangkan keterampilan komunikasi.

Yang kedua adalah Teori Pembelajaran Sosial. Menurut teori yang dikembangkan oleh Albert Bandura ini, individu belajar melalui pengamatan dan peniruan. Siswa JROTC belajar dari teladan instruktur dan teman-temannya. Ketika mereka melihat bahwa disiplin dan kerja keras dihargai, mereka cenderung meniru perilaku tersebut. Yang ketiga adalah Teori Spiral of Silence. Dalam kerangka teori yang dikembangkan oleh Elisabeth Noelle-Neumann ini, siswa nakal sering merasa terpinggirkan di lingkungan sekolah. Dalam kerangka spiral of silence, suara mereka perlahan “membisu” karena takut tidak diterima. Program JROTC menawarkan ruang inklusif di mana semua siswa, termasuk yang bermasalah, bisa bersuara, berpartisipasi, dan merasa diakui.

Untuk penerapan program JROTC di Indonesia memang butuh penyesuaian. Yang pertama adalah dengan mengurangi unsur militer formal. Program harus tetap menekankan pendidikan karakter, bukan untuk persiapan perang atau wajib militer. Yang kedua adalah dengan melibatkan pihak sekolah dan keluarga, karena keberhasilan pembinaan anak memerlukan kerja sama sekolah, guru, orang tua, dan lingkungan sekitar. Dan yang terakhir adalah perlu pelatihan khusus untuk instruktur yang berlatar belakang militer. Instruktur harus dilatih juga dalam psikologi pendidikan, komunikasi, dan manajemen konflik.

Junior ROTC telah membuktikan mampu membentuk remaja menjadi pribadi yang lebih baik, termasuk mereka yang sebelumnya bermasalah. Program ini bisa diadopsi oleh Indonesia, meski butuh penyesuaian dengan nilai-nilai budaya lokal. Kenakalan remaja menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan saat ini. Untuk itu, generasi muda Indonesia lebih memerlukan pembinaan karakter yang lebih manusiawi, positif, dan berkelanjutan daripada pendekatan hukuman.

Editor : Rizky Agustian
Artikel Terkait
Megapolitan
3 hari lalu

Dua Siswa Korban Ledakan SMAN 72 Jakarta Masih Jalani Perawatan di RS

Nasional
5 hari lalu

Prabowo Tayangkan Video Siswa Seberangi Sungai ke Sekolah: Koruptor, Lihat Ini!

Nasional
11 hari lalu

Rezeki Nomplok! Viral Warga Temukan Segepok Uang saat Bersihkan Gorong-Gorong

Nasional
13 hari lalu

DPR Dukung Prabowo Larang Siswa Sambut Kunjungan Presiden ke Daerah: Bisa Fokus Belajar

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal