Kasus Kekerasan Seksual Anak di Luwu Timur, LPSK Tawarkan Solusi

Puteranegara Batubara
LPSK menawarkan solusi terkait penyelesaian kasus dugaan kekerasan seksual di Luwu Timur (Foto: Ilustrasi/Istimewa).

JAKARTA, iNews.id - Kasus dugaan pencabulan yang dialami tiga anak di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, mencuat dan ramai diperbicangkan masyarakat setelah kembali viral di media sosial. Masyarakat mendesak kepolisian untuk membuka kembali perkara tersebut setelah sebelumnya kepolisian sempat menghentikan penyelidikan karena dianggap kurang bukti. 

Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Edwin Partogi Pasaribu menilai kepolisian perlu segera mengambil langkah-langkah jitu untuk menjawab desakan yang mencuat. 

LPSK, kata Edwin menawarkan solusi yang patut dipertimbangkan Kepolisian untuk mengakhiri polemik di tengah masyarakat. Menurutnya, salah satu pangkal persoalan dalam kasus tersebut adalah keraguan ibu korban  terhadap proses penyelidikan yang berakhir dengan terbitnya Surat Ketetapan Penghentian Penyelidikan (SKP2), pada 10 Desember 2019.

”Kami menemukan kesan Ibu korban meragukan terhadap hasil pemeriksaan _visum et refertum_ dan _visum et repertum psychiatricum_ yang telah dilakukan kepada Korban sebanyak tiga kali, mulai dari pemeriksaan di Puskesmas Malili hingga Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Selatan Makassar," kata Edwin kepada awak media, Jakarta, Kamis (14/10/2021).

Sebagai langkah penyelesaian, Edwin mendorong kepolisian atau dalam hal ini Bareskrim memfasilitasi pemeriksaan forensik yang dinilai netral. Menurutnya, kepolisian dapat menawarkan pihak korban untuk memilih ahli forensik yang mereka nilai netral dan profesional. Pemeriksaan yang dilakukan berupa _Visum et repertum, Visum et repertum Psychiatricum_ dan Psikologi Forensik. 

“Namun yang perlu menjadi perhatian semua pihak, termasuk pihak korban adalah semua pihak harus menganggap hasil pemeriksaan independen itu sebagai hasil yang final dan diterima semua pihak secara _fair_," ujar Edwin

Pemeriksaan semacam ini, kata Edwin pernah dilakukannya pada saat bertugas mengusut penyebab kematian Pendeta Yeremia di Intan Jaya, Papua beberapa waktu lalu. Keluarga menolak pemeriksaan jika dilakukan oleh pihak kepolisian dan lebih memilih ahli forensik lain yang dianggap netral. 

“Pada saat itu polisi mengabulkan permintaan keluarga,” ujar Edwin. 

Edwin menyatakan LPSK telah mengikuti kasus ini sejak 2019 lalu, jauh sebelumnya kasus ini viral di sosial media. Secara runut disampaikan bahwa LPSK telah menerima permohonan perlindungan dari korban pada 27 januari 2020. Tidak berselang lama, LPSK merespon cepat dengan menurunkan tim investigasi ke Sulawesi Selatan 2 (dua) hari kemudian, yakni 29 januari 2020. 

”Kami langsung menemui korban, ibu korban, berkoordinasi dengan penyidik di Polres Luwu Timur, dan menemui kuasa hukum korban di kantor LBH Makassar, dan berkomunikasi dengan psikolog yang sempat lakukan assemen psikologis kepada ketiga anak tersebut,” ucap Edwin.

Editor : Muhammad Fida Ul Haq
Artikel Terkait
Megapolitan
6 hari lalu

Ini Langkah Puspadaya Pulihkan Anak Korban Dugaan Kekerasan Seksual

Nasional
2 bulan lalu

Eks Kapolres Ngada Divonis 19 Tahun Penjara, Terdakwa Kekerasan Seksual 3 Anak

Nasional
3 bulan lalu

DPR RI Sebut Banyak Korban Kejahatan Belum Tahu LPSK

Megapolitan
3 bulan lalu

Puspadaya Perindo Komitmen Dampingi Korban Kekerasan Seksual dan KDRT di Jaktim

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal