”HP (handphone) saya tak berhenti berdering. Whatsapp pertanyaan dari media dan lainnya juga terus masuk. Banyak sekali telpon yang saat saya angkat ternyata bukan hanya dari media. Tapi dari staf kedutaan, konsuler, kementerian/lembaga, dan masyarakat yang menanyakan kondisi di Sulteng sana,” katanya.
Sutopo mengaku tak tahu dari mana mereka memperoleh nomor kontaknya. Yang jelas, banyak masyarakat yang menanyakan ke dirinya tentang orangtua, anak, saudara, kerabat, teman dan lainnya yang belum dapat dihubungi sampai saat ini di tempat bencana. Orang asing pun banyak yang mengontak untuk menanyakan korban dan penanganan.
”Saya harus melayani dan menjelaskan semuanya. Harus sabar, telaten dan membesarkan hati masyarakat yang kehilangan saudaranya. Komunikasi memang lumpuh. Saya sendiri kesulitan mencari data,” kata alumnus Fakultas Geografi UGM ini.
Dengan keterbatasan itu, Sutopo meminta maaf kepada media bila dirinya tidak dapat melayani wawancara satu per satu. Apalagi, ada lebih dari 3.000 jurnalis yang selalu berkomunikasi dengannya.
Sutopo menegaskan, jika ada perkembangan bencana, BNPB pasti menyampaikan, baik lewa whatsapp group maupun melalui keterangan pers. Sutopo kembali meminta maaf.