JAKARTA, iNews.id - Peneliti dari Prodi Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah mengembangkan pesawat tanpa awak. Pembuatan pesawat ini dilakukan untuk mendeteksi dini kebakaran hutan.
Pesawat tanpa awak ini diberi nama Elang Caraka dan dirancang mampu terbang selama enam jam dengan jarak tempuh 200 km untuk melakukan pengawasan wilayah secara autonomous.
Elang Carakan memiliki sayap sepanjang 3,6 m dan badan 1,92 m. Tak lupa, pesawat ini dilengkapi kamera thermal untuk mengirimkan rekaman udara secara langsung sehingga peneliti dapat melihat kondisi dari darat.
Cara mendeteksi kebakaran dini dilakukan dengan sensor cerdas Electrical Nose (Enose). Sensor ini mampu mendeteksi adanya asap yang ditunjukkan oleh meningkatnya grafik output dari sensor cerdas dibanding dengan kondisi normal tanpa asap.
“Enose bekerja seperti halnya hidung manusia, menggunakan larik sensor gas yang mampu mendeteksi asap tersebut,” kata Ketua Pemimpin Penelitian Gesang Nugroho melansir dari laman UGM, Jumat (7/1/2022)