"Awal kemerdekaan, mau jadi tentara enggak boleh. Tetapi sekarang, semua berubah. Makanya salah kalau orang menyebut ada Islamophobi. Pak Tito mengajinya pintar. Jadi imam bukan Qulhu (surat pendek), surat panjang dan beliau fasih. Tapi bisa jadi kapolri, bisa jadi menteri," ujarnya.
Selain itu, Mahfud mengungkapkan, tak ada larangan kegiatan keagamaan. Di kabinet, kantor kementerian, BUMN, kantor pemerintahan, banyak musala dan acara kajian keagamaan tumbuh subur dan gampang ditemui.
"Di kantor polisi ada pengajian, Kapolresnya pintar ngaji, pintar dakwah. Di kantor TNI juga demikian. Di kampus-kampus, Islam sudah terang-terangan. Dulu sampai akhir 70-80 malu-malu. Pakai jilbab jarang. Sekarang semua pakai jilbab. Tidak ada sekali lagi Islamplophobi saat ini. Kalau ada yang bilang, itu pihak yang kalah saja karena yang diserang mereka juga memperjuangkan Islam," tuturnya.