“Semua tahu saya tua, Pak Jokowi juga tahu, tapi beliau nyaman,” ujar Ma’ruf. ”Saya teringat kisah waktu saya masih sekolah di madrasah tingkat dasar. Ada orang tua ditanya, mengapa sudah tua masih menanam pohon? Dijawab, dia menanam bukan untuk dirinya, tapi buat generasi sesudahnya. Saya mau maju menjadi cawapres ini juga bukan untuk saya, tapi saya berbuat untuk generasi setelah saya, termasuk generasi milenial,” kata Ma’ruf yang langsung disambut tepuk tangan peserta.
Kiai Ma’ruf berpesan kepada kalangan muda, “Kalian harus siap menjadi apa saja dan di mana saja yang bermanfaat. Kalau dibuang ke laut, jadilah pulau. Kalau dibuang ke darat, jadilah gunung. Selalu memiliki peran menonjol.”
Dalam kulian itu, Ma’ruf menyampaikan makalah berjudul, “Rekonsolidasi Wasathiyah Islam: Promosi Islam “Jalan Ketiga” dan Arus Baru Ekonomi Berkeadilan,” sebagai modifikasi dari judul perminaatn RSiS-NTU yang bertema, “The Emergency od Wasathiyah Islam: Promoting “Middle-Way” Islam and Sosio-Economic Equality in Indonesia”.
Pada intinya, Islam Moderat adalah paham yang sudah lama dianut mayoritas muslim Indonesia. Prinsip ini perlu diperteguh kembali karena tengah menghadapi ancaman ekstremitas kiri-kanan yang dapat berimbas pada angancam konsensus nasional dalam bernegara, yakni Pancasila, UUD 1945, dan NKRI.
Peneguhan kembali konsensus nasional itu melalui rekonsolidasi Islam Wasathiyah, juga harus ditopeng Ekonomi Berkeadilan sebagai arus baru ekonomi Indonesia.