JAKARTA, iNews.id - Pada bulan Mei 1940, Belanda diduduki Jerman saat pecah perang dunia ke II. Setelah itu pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan wajib militer bagi rakyat di wilayah jajahannya.
Salah satunya di Indonesia. Wajib militer juga berlaku bagi rakyat Indonesia untuk mengantisipasi perang di wilayah Asia.
Pemuda bernama Abdul Halim Perdanakusuma yang tengah duduk di tingkat dua sekolah Mosvia (Middelbare Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren), sekolah pendidikan pribumi turut dikenai wajib militer seperti dikutip dari tni-au.mil.id, Senin (3/8/2021).
Saat itu, Halim Perdanakusuma tidak dapat menyelesaikan pendidikan pamong praja dan wajib melaksanakan peraturan pemerintah Hindia Belanda untuk melaksanakan milisi dan memasuki dunia militer. Pemuda kelahiran Sampang, Madura, 18 November 1922 ini kemudian dikirim oleh Angkatan Laut Hindia Belanda untuk mengikuti pendidikan opsir (calon perwira) Torpedo di Surabaya.
Selama Perang Dunia II dalam menjalankan masa penugasan sebagai militer, Abdul Halim Perdanakusuma pernah bertugas di Royal Canadian Air Force dan Royal Air Force dengan pangkat Wing Commander. Dia pun mendapat tugas di skadron tempur pesawat Lancaster dan Liberator.
Kemudian dalam Perang Pasifik, Jepang kalah. Secara berturut-turut pasukan sekutu mulai memasuki Indonesia. Tanggal 15 Oktober 1945, ketika tentara Sekutu mendarat di Tanjung Priok, Jakarta, terdapat seorang berkulit sawo matang berpakaian Angkatan Udara Inggris di antara sekian banyak orang berkulit putih. Dia Halim Perdanakusuma.
Saat itu situasi negara pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia sangat mencekam. Belanda dan tentara sekutu menjadi musuh bagi bangsa Indonesia. Sedangkan keberadaan Abdul Halim Perdanakusuma di tanah air dicurigai sebagai tentara NICA, karenanya dia dimasukkan dalam penjara di Kediri.