Selain mengandalkan pembelajaran dari pihak pondok, ternyata Arsinta juga belajar secara mandiri setiap malam. Ia bahkan rela tidak bermain dengan ponsel agar fokus belajar selama liburan.
“Selain memanfaatkan pembelajaran dari pihak pondok, saya juga belajar mandiri. Saat malam, saya belajar dengan buku-buku pelajaran yang saya bawa dari rumah. Terus, saat liburan juga saya banyak belajar dan tidak banyak main HP,” tutur dia.
Arsinta merupakan salah satu siswa yang lolos program akselerasi saat SMA di MA Unggulan Amanatul Ummah Pacet. Sebagai siswa akselerasi, tidak jarang dirinya mengalami kesulitan untuk memahami materi pembelajaran.
Selain itu, padatnya kegiatan di pondok pesantren juga kerap membuat ia kelelahan saat belajar di dalam kelas. Namun, berkat kerja keras dan semangatnya, ia berhasil bertahan.
“Saya selalu bertanya pada guru saat pembelajaran berlangsung. Saat malam hari, saya juga selalu bertanya kepada teman-teman saya jika ada materi yang belum saya pahami,” tutur dia.
Lebih lanjut, Arsinta mengatakan bahwa berkuliah di bidang kesehatan sudah menjadi impiannya sejak lama. Ia bercita-cita ingin menjadi seorang perawat profesional di kemudian hari.
Selain motivasi dalam diri, ia juga termotivasi oleh ibunya yang saat ini bekerja sebagai salah satu staf di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Menurut ibunya, perawat adalah pekerjaan yang tidak akan pernah bisa tergantikan teknologil.
“Ibu saya pernah bilang, zaman sekarang sudah banyak teknologi AI yang sudah menguasai banyak bidang pekerjaan. Menurut ibu saya, bidang kesehatan tidak bisa tergantikan oleh AI (Artificial Intelligence). Jadi, ibu mengarahkan saya untuk masuk kedokteran atau keperawatan,” katanya.
Untuk itu, ia berharap bisa memberikan manfaat bagi banyak orang dengan ilmu yang ia peroleh saat kuliah nanti. Di samping itu, ia juga berharap bisa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.