“Saya curhat dengan dosen wali, kemudian beliau memberi saya motivasi untuk meneruskan perjalanan di ITB. Selain itu, banyak dosen dari kelas afirmasi yang mendampingi,” tutur Felisha dikutip Kamis (15/6/2023).
Senada dengan itu, Henrikus yang berasal dari Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur mengaku kendala belajar. Proses adaptasi yang harus ia jalani untuk mengenal lingkungan perantauannya ini cukup menyulitkan pada awalnya.
Begitu pula dengan masa transisi antara SMA dan kuliah yang berbeda. Sebagai mahasiswa afirmasi, Henrikus juga menerima program pendampingan yang difasilitasi oleh ITB. Ia pun merasa terbantu dengan pendampingan akademik yang diberikan oleh tutor akademik.
Henrikus dan mahasiswa afirmasi lainnya mengikuti kelas khusus yang biasanya diselenggarakan sebanyak 4 kali dalam seminggu. Ia pun merasa senang dengan adanya kelas ini karena memiliki waktu belajar lebih banyak.
Kegiatan-kegiatan pendukung yang diikuti oleh mahasiswa afirmasi lainnya juga membawa Henrikus ke pengalaman-pengalaman baru. Mereka berdua pun berharap semakin banyak pelajar dari daerah 3T yang bisa menempuh pendidikan tinggi.
“Tetap semangat! Kalau kalian diterima di ITB, itu tandanya kalian sudah hebat. Kalau berhasil menamatkan pendidikan di ITB, kalian harus bisa berkontribusi ke masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai bukti kalian mendapatkan banyak pembelajaran di ITB. Mari membangun negara demi Indonesia maju dan pintar,” kata Felisha.