JAKARTA, iNews.id - Kisah perjuangan Warsini untuk berangkat haji ke Tanah Suci tidak lah mudah, butuh waktu bertahun-tahun untuk menabung dari hasil jualan bubur. Ini bukan sinetron, namun kisah nyata tukang bubur naik haji.
Warsini (60 tahun) merupakan jemaah haji asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Sejak muda, Warsini merantau dari tanah kelahirannya di Kediri, Jawa Timur ke Balikpapan.
Setelah suaminya berhenti sebagai karyawan perusahaan sementara anak-anaknya masih kecil, Warsini memutuskan berjualan bubur kacang ijo, bubur ketan hitam, dan bubur sumsum. Dia dibantu sang suami.
Sejak muda, Warsini sudah bercita-cita ingin naik haji. Bertahun-tahun dia menyisihkan penghasilannya lalu ditabung.
“Sehari-hari saya jualan bubur kacang ijo, bubur ketan hitam, bubur sumsum, saya yang jualan, suami bantu-bantu. Dulu suami pernah kerja di perusahaan, sudah berhenti, sementara anak masih kecil-kecil,” tutur Warsini kepada Media Center Haji (MCH) sebelum pelepasan jamaah pertama pulang ke Tanah Air dikutip Minggu (17/7/2022) malam.
Pada hari-hari biasa, harga setiap porsi buburnya dihargai Rp7.000, namun setiap Jumat menjadi Rp5.000. Dia pun menggratiskan buburnya bagi orang yang ingin makan bubur tapi tidak punya uang.
“Penghasilan dari jualan bubur tak tentu, tapi setiap harinya saya sisihkan untuk nabung pergi haji, cita-cita saya sejak muda, pergi haji. Lama nabungnya, tapi saya tetap sabar,” kata Warsini yang menunggu haji selama 12 tahun.