JAKARTA, iNews.id - Sastrawan Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu 19 Juli 2020 lalu. Dunia sastra kehilangan sosok pencipta puisi Hujan Bulan Juni tersebut.
Sapardi meninggalkan pesan dan pelajaran penting bagi orang-orang yang bergelut di dunia sastra. Pelajaran tersebut adalah menulis untuk meraih kebahagiaan.
"Tujuan saya menulis bukan ingin abadi, kalau menulis saya merasa bahagia. Syukur-syukur kalau dibaca dan dapat honor," kata Sapardi suatu ketika.
Menurut Sapardi, bahagia saat menulis adalah dorongan hati demi mencapai karya terbaik. Semakin sering menulis, semakin bagus pula hasilnya.
"Maka saya tidak akan berhenti nulis, sampai mati," ujar pria yang lahir pada 20 Maret 1940 itu.
Pujangga asal Surakarta ini sudah aktif menulis sejak duduk di bangku SMP. Dia menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis berkembang saat dia menempuh kuliah di jurusan Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
"Sebenarnya sebelum menulis puisi, saya sudah pernah menulis cerita anak dalam bahasa Jawa. Tapi ceritanya ditolak karena dianggap tulisannya tidak masuk akal. Padahal, ceritanya benar-benar terjadi," katanya.
Buku puisi pertama sapardi bertajuk "Duka-Mu Abadi" diterbitkan tahun 1969.