Produk buatan mereka, seperti tongkat pintar untuk penyandang disabilitas netra yang dilengkapi dengan GPS dan detektor api atau asap bermanfaat bagi yang membutuhkan. Kursi roda untuk penderita cerebral palsy dan motor roda tiga juga dimodifikasi, disesuaikan dan dikhususkan untuk mengakomodasi kedisabilitasan mereka.
“Ini membantu meningkatkan mobilitas dan mengembangkan potensi diri mereka” katanya.
Sementara itu, u tuna wisma, Kemensos menyediakan tempat tinggal di rusunawa mulai 2021. Saat ini, tempat tinggal tersebut sudah siap dihuni 200 keluarga di dua Balai Kemensos di Bekasi dan Bambu Apus, Jakarta Timur.
Kemensos juga menyediakan pusat galeri kewirausahaan yakni Sentra Kreasi Atensi atau SKA. SKA telah didirikan di 28 dari 41 balai di seluruh Indonesia. Galeri SKA menampilkan hasil berkebun, kuliner, dan produk buatan industri rumahan, serta menyediakan kios untuk penjahit, salon, dan spa.
“Semua ini dilakukan oleh eks-gepeng dan pedagang kaki lima,” tuturnya.
Kebijakan Mensos juga mendukung kehidupan masyarakat adat, dengan program yang tetap menghormati budaya mereka seraya meningkatkan pendidikan anak-anak, fasilitas kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya.
Untuk mempercepat pemberdayaan masyarakat di Indonesia Timur, khususnya di Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, dan Papua, Kemensos mengintesifkan pembangunan akses ekonomi dan pasar dengan membangun sistem transportasi sendiri dari fiber, speedboat hingga sepeda motor listrik.
“Kami juga mendukung peralihan ke pertanian dan perikanan modern, dari hulu hingga ke hilir, dan pengolahan makanan. Kebijakan itu berjalan untuk Suku Anak Dalam di Jambi, Badui di Jawa Barat, hingga Asmat di Papua,” kata Mensos.
Dalam pemaparannya, Mensos juga menampilkan video tentang sosok Gading Ogi Saputra, seorang anak berusia 17 tahun yang menyandang disabilitas ganda. Sehari-hari, dia berjualan makanan dan minuman ringan, mengelilingi Kota Pekalongan dengan sepeda kayu roda tiga.
Atas kegigihannya, Gading mendapat bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) dari Kemensos berupa motor roda tiga yang disesuaikan dengan kondisi fisiknya. Berkat motor listrik roda tiga itu, omzet dagangannya pun berangsur naik.
Dengan sepeda, Gading mampu memperoleh pendapatan Rp500 ribu per hari. Namun, dengan motor listrik roda tiga, omzet berjualannya naik menjadi Rp1 juta per hari, sehingga dirinya bisa menabung hingga Rp300 ribu/hari. Kesuksesan Gading inilah yang telah berhasil menginspirasi banyak orang.
(CM)