Namun, tidak semua orang menerima inovasi dengan tangan terbuka. “Pernah ada seorang guru senior yang tidak setuju dengan metode yang saya bawa. Beliau merasa cara saya terlalu ‘berlebihan’ dan meminta sesuatu yang biasa-biasa saja,” ujarnya.
Meski mendapat kritik, dia tetap menanggapinya dengan bahasa yang diplomatis. Melalui pendekatan ini, dia berhasil menjalin hubungan yang lebih baik dengan rekan-rekan kerja, sembari mempertahankan metode inovatif yang telah dia kembangkan.
Wahyudi juga bercerita bahwa saat dia mengisi berbagai forum sebagai Fasilitator, peserta forum tersebut adalah guru-guru senior yang sudah berpengalaman belasan bahkan puluhan tahun mengajar. Meski berhadapan dengan guru yang lebih lama mengajar, dalam forum tersebut, Wahyudi sebagai guru muda, berusaha menyampaikan materi dengan cara berbagi pengalaman, sehingga para guru senior tetap merasa dihargai dan dihormati.
Menghadapi Tantangan dalam Mengajar
Pria yang tengah mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan 2024 ini mengisahkan tantangan lainnya, yaitu saat menghadapi keterbatasan ide dan inspirasi dalam mengajar. Guru seringkali terjebak dalam rutinitas mengajar yang monoton.
“Bagi guru yang berdedikasi, hal ini menjadi peluang untuk berinovasi. Misalnya, menggunakan teknologi dan metode pembelajaran kreatif untuk menciptakan suasana kelas yang lebih menarik,” ucapnya.
“Keterbatasan bukan alasan untuk berhenti mencari solusi,” kata pegiat literasi, penulis, edukreator, dan pelatih guru muda asal Pontianak ini menambahkan. Seorang guru inspiratif memahami bahwa kreativitas adalah kunci untuk membuat murid tetap antusias dalam belajar.