Pada tahun 1956, Vietnam Selatan, dengan dukungan Amerika, menolak mengadakan pemilihan unifikasi. Amerika menolak menyetujui pemilu tersebut, karena khawatir komunis akan menang.
Diperkuat dengan “ teori domino ” Amerika yang menyatakan bahwa jika satu negara di Asia Tenggara jatuh ke tangan komunisme maka negara-negara di sekitarnya juga akan segera jatuh.
Amerika sepenuhnya mengabdikan diri pada kebijakan luar negeri yang bersifat pembendungan pada masa Perang Dingin, yang berarti mencegah penyebaran komunisme. Pada tahun 1958, gerilyawan pimpinan Komunis, yang dikenal sebagai Viet Cong, mulai melawan pemerintah Vietnam Selatan.
Amerika Serikat mengirimkan 2.000 militer dan jumlahnya meningkat menjadi 16.300 pada tahun 1963. Kondisi militer memburuk, dan pada tahun 1963, Vietnam Selatan telah kehilangan Delta Mekong yang subur ke tangan Viet Cong.
Pada tahun 1965, Presiden Lyndon Johnson meningkatkan perang, memulai serangan udara di Vietnam Utara dan mengerahkan pasukan darat yang berjumlah 536.000 orang pada tahun 1968. Serangan Tet tahun 1968 oleh Vietnam Utara membuat banyak orang Amerika menentang perang tersebut.