Bung Tomo melalui siaran radio tidak hanya menggerakkan rakyat tetapi juga menjadi simbol perlawanan. Tokoh-tokoh agama seperti KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Wahab Hasbullah juga memobilisasi dukungan dari santri dan masyarakat. Kota Surabaya, melalui pengorbanan pejuang dan rakyat sipil, diabadikan sebagai Kota Pahlawan.
Pertempuran Surabaya, meskipun berakhir dengan kekalahan pihak Indonesia, peristiwa tersebut tetap membawa pengakuan internasional dan penghargaan. Pada 1959, pemerintah menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan sebagai penghormatan atas jasa dan pengorbanan para pahlawan yang berjuang mengusir penjajah.
Memperingati Hari Pahlawan bukan hanya sebagai penghormatan, tetapi juga momentum untuk meneladani semangat juang mereka dalam mempertahankan kemerdekaan.
Demikianlah latar belakang pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. Pertempuran ini memperlihatkan perjuangan yang epik, menorehkan sejarah yang membanggakan dan memperkuat tekad Indonesia untuk meraih kemerdekaan.