Politik Etis ini merupakan kebijakan balas budi Belanda demi meningkatkan kesejahteraan rakyat, yang mencakup edukasi (pendidikan), irigasi (pertanian), dan transmigrasi (perpindahan penduduk).
Politik Etis di bidang pendidikan diwujudkan dengan membuka sekolah-sekolah bagi kaum pribumi. Hal inilah yang kemudian memunculkan kaum terpelajar di kalangan bumiputra, yang memiliki kesadaran kebangsaan. Mereka kelak menjadi pelopor kebangkitan nasional di Tanah Air.
Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia memiliki perbedaan, baik dalam hal suku, agama, juga bahasa. Perbedaan ini juga terjadi dalam lingkup organisasi kepemudaan. Muncul organisasi-organisasi kepemudaan yang berlatarkan daerah asal, agama, juga nasionalis, dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Namun, mereka juga menyadari bahwa kondisi tersebut sangat mudah dipatahkan oleh penjajah. Melebur menjadi satu adalah hal yang perlu dilakukan untuk dapat bergerak bersama melawan kolonial. Akhirnya, para pemuda sepakat untuk mengadakan kongres pemuda guna menyatukan organisasi-organisasi pemuda.
Kongres Pemuda pertama berlangsung pada 30 April sampai 2 Mei 1926 di Jakarta. Kongres ini menghasilkan kesepakatan, salah satunya adalah usaha untuk menggalang persatuan organisasi pemuda dalam sebuah wadah tunggal.