JAKARTA, iNews.id - Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengenang sikap Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat berbicara mengenai kesepakatan pendirian negara. Menurutnya, Presiden ke-4 RI itu ingin memperjuangkan demokrasi.
Semula, Mahfud menyoroti sikap tokoh agama Islam yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa dari penjajah. Saat itu, seluruh warga bersepakat untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
"Kalau orangnya banyak beda-beda, gimana cara aturnya? Sudah diatur bersama tetapi oleh wakil masing-masing. Gimana wakil itu dipilih? Dipilih melalui pemilu. Itu saja fiqihnya," tutur Mahfud saat berpidato di acara Holaqoh Kebangsaan Ulama se-Provinsi Banten, di Pondok Pesantren Mathlaul Anwar Linahdlatil Ulama, Banten, Jumat (1/12/2023).
"Fiqih politiknya, kesepakatannya, NKRI diperintah secara demokrasi. Sebagai kesepakatan untuk melaksanakan demokrasi dilakukan pemilu agar orang bisa memilih pemimpinnya dengan benar, memilih wakil rakyatnya dengan benar," tutur Mahfud.
Kendati demikian, kata Mahfud, Gus Dur tak pernah menyatakan ingin memperjuangkan Islam. Mahfud berkata, Gus Dur hanya ingin memperjuangkan demokrasi. Pasalnya, Islam akan maju bila iklim demokrasi baik.
"Sehingga dulu Gus Dur itu enggak pernah bilang saya perjuangkan Islam. Gus Dur tuh bilang saya orang Islam, saya orang pesantren, ingin pesantren maju. Oleh karena itu, saya ingin memperjuangkan demokrasi," kata dia.
"Kenapa? Kalau demokrasi tumbuh, orang Islam bisa naik sendiri kalau berprestasi. Enggak usah pakai sentimen agama kalau tumbuh demokrasinya. Itu orang Islam juga yang kemudian akan mengatur secara signifikan negara ini, enggak usah bertengkar, enggak usah saling fitnah, enggak usah diskriminasi kepada yang lebih kecil dari kita. Kita bersama dengan segala tingkatannya," ujar Mahfud.