JAKARTA, iNews.id - Penetapan 1 Ramadan 1439 Hijriah yang jatuh pada Kamis, 17 Mei 2018, memiliki makna yang sangat penting untuk menjaga kebersamaan di kalangan umat Islam. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berharap kebersamaan ini tetap terjaga dalam bingkai kebangsaan sebagai rahmat dan anugerah bagi Indonesia.
Dalam beberapa kali penetapan awal Ramadan, kerap terjadi perbedaan khususnya antara pemerintah dan Muhammadiyah. Ke depan, Menag berharap tidak ada lagi perbedaan dalam hal penetapan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha.
"Ini betul-betul harus mampu kita jaga dan pelihara bersama berkah dan anugerah ini agar kita sebagai umat Islam di Indonesia mampu saling menebarkan kemaslahatan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk," kata menteri dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini dalam jumpa pers penetapan awal Ramadan di Gedung Kemenag, Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Menurut dia, ajaran Islam yang sesungguhnya adalah menebarkan rahmat bagi segenap alam semesta. Oleh karena itu, kata Lukman, kebersamaan ini memiliki makna yang sangat besar.
Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Abdullah Zaidi berharap agar penetapan awal Ramadan di tahun mendatang juga tetap sama sehingga tidak ada lagi perbedaan di kalangan umat Islam. "Semoga ditahun-tahun mendatang kita dapat memulai awal Ramadan, menutup Ramadan, dan melaksanakan ibadah dengan bersama-sama di bulan yang penuh berkah dan rahmat ini," katranya.
Sebelumnya, Pemerintah melalui Kemenag menetapkan 1 Ramadan 1439 Hijriah jatuh pada hari Kamis, 17 Mei 2018. Keputusan tersebut ditetapkan setelah sidang isbat (penetapan) awal Ramadan di Auditorium KH M Rasjidi, Kemenag. Sidang isbat ini dihadiri duta besar negara-negara sahabat, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Sejumlah pimpinan ormas juga hadir dalam sidang penetapan awal bulan puasa bagi umat Islam.