Selama ini, Tanazul dilakukan secara individual oleh jemaah. Namun, Menag berharap agar ke depan, metode ini bisa diterapkan secara lebih sistemik dan terukur, sebagai solusi efektif dalam mengurangi kepadatan di Mina.
Selain masalah kepadatan di Mina, Menag Yaqut juga meminta agar jajarannya mengevaluasi sejumlah isu penting lainnya, seperti perbaikan strategi Murur dan peningkatan ekosistem ekonomi perhajian.
Dalam hal Murur, Menag menekankan perlunya persiapan sejak dini. Identifikasi jumlah jemaah yang akan mengikuti Murur harus dilakukan lebih awal, agar persiapan dapat dilakukan dengan matang.
Menag juga menyoroti potensi besar dalam ekosistem ekonomi haji. Tahun ini, Indonesia berhasil mengekspor lebih dari 70 ton bumbu nusantara untuk kebutuhan katering jemaah haji, meskipun jumlah ini masih relatif kecil dibandingkan dengan potensi kebutuhan yang mencapai 300 ton.
Selain itu, sebanyak 1,7 juta kemasan makanan siap saji diekspor untuk memenuhi kebutuhan jemaah haji tahun ini. Menag menekankan bahwa jumlah tersebut masih bisa ditingkatkan, mengingat potensi kebutuhan yang bisa mencapai lima hingga enam juta kemasan.
“Presiden Jokowi berulang kali menyampaikan, haji ini jangan hanya cash out tapi harus juga cash in. Jadi harus ada yang kembali dan bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa dan negara,” tutur Menag.