Desain pisau Komando yang terhunus ke atas juga mengalami sedikit perubahan yaitu menjadi pisau komando dengan tiga alur atau ulir pada gagangnya yang menggambarkan tiga kemampuan prajurit komando dan tiga janji prajurit komando.
Sejak tanggal 25 Juni 1996 Kopasuss melakukan reorganisasi dan pengembangan grup dari tiga grup menjadi lima grup. Grup 1/Parakomando di Serang, Banten; Grup 2/Parakomando di Kartasura Jawa Tengah; Grup 3/Pusdikpassus di Batujajar Jawa Barat; Grup 4/Sandhi Yudha di Cijantung Jakarta Timur; dan Grup 5/Antiteror di Cijantung, Jakarta Timur. Danjen Kopassus saat ini yakni Mayjen TNI Iwan Setiawan.
Kehebatan dan ketangguhan pasukan Korps Baret Merah tidak perlu diragukan lagi, hampir setiap palagan Kopassus selalu menorehkan tinta emas, tidak hanya di dalam tapi juga di luar negeri. Terbukti, Kopassus sukses menjalankan misinya dalam Operasi Woyla. Operasi pembebasan penumpang pesawat Garuda DC-9 yang sandera Komando Jihad di Bandara Don Mueang, Bangkok, Thailand.
Kemudian, Operasi Seroja di Timor-Timur, Operasi Dwi Komando Rakyat (Dwikora) saat konfrontasi dengan Malaysia di pedalaman hutan Kalimantan, Operasi Trikora pembebasan Papua, penumpasan pemberontakan G30/S/PKI, Permesta, DI/TII, Operasi Mapenduma pembebasan peneliti Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera OPM di Papua, Operasi pembebasan Kapal MV Sinar Kudus dari perompak Somalia, dan operasi khusus lainnya. Kehebatan dan ketangguhan Kopassus dalam perang hutan membuat pasukan ini kerap dijuluki sebagai “Hantu Rimba”.
2. Kopaska
Kopaska merupakan pasukan khusus TNI AL yang berkedudukan langsung di bawah Koarmada, dan bertanggung jawab langsung kepada KSAL. Pasukan khusus ini juga menggunakan Baret Merah sebagai ciri khasnya. Meski demikian, warna merah pada baret Kopaska sedikit lebih gelap atau merah marun.
Pada baret merah Kopaska terdapat emblem yang mengombinasikan antara tongkat trisula yang digenggam seekor katak, dengan jangkar kapal. Di atasnya terdapat kata “Kopaska” sedangkan di bawahnya tertulis semboyan "Tan Hana Wighna Tan Sirna" yang berarti "Tak Ada Rintangan yang Tak Dapat Diatasi".
Korps yang secara resmi didirikan pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Soekarno ini sebenarnya sudah ada sejak 1954. Bapak dari Kopaska yaitu Kapten Pelaut Iskak dari sekolah pasukan katak angkatan laut di pangkalan angkatan laut Surabaya.
Sama dengan pasukan khusus lainnya, Kopaska juga mengemban tugas operasi rahasia. Hanya saja, Kopaska lebih kepada aspek laut seperti Operasi Amfibi, operasi khusus, dan dukungan-dukungan lain guna memperlancar operasi-operasi TNI AL.
Tugas utama dari pasukan ini yaitu peledakan/demolisi bawah air termasuk sabotase/penyerangan rahasia ke kapal lawan dan sabotase pangkalan musuh, torpedo berjiwa (kamikaze), penghancuran instalasi bawah air, pengintaian, mempersiapkan pantai pendaratan untuk operasi amfibi yang lebih besar serta antiteror di laut/maritime counter terrorism.
Satkopaska di setiap Koarmada memiliki enam detasemen yang siap digerakan kapan pun. Di antaranya Detasemen 1 Sabotase/antisabotase (Teror); Detasemen 2 Operasi Khusus; Detasemen 3 Combat SAR; Detasemen 4 EOD dan Ranjau Laut/Mineclearance; Detasemen 5 Underwater Demolition; dan Detasemen 6 Special Boat Units. Saat ini, Kopaska dipimpin oleh Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo Nur Sasongko yang dilantik pada 27 Juli 2020.