JAKARTA, iNews.id - Pakaian dinas lapangan atau PDL loreng darah mengalir menjadi ciri khas Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD. Motif itu mencerminkan keberanian serta menunjukkan identitas pasukan hebat yang mampu menggetarkan dunia.
Namun motif ini belum digunakan saat satuan elite ini lahir. Corak ini baru diperkenalkan pada 5 Oktober 1964 bersamaan dengan Hari ABRI (TNI). Sosok yang memperkenalkan motif itu tak lain yaitu Mayjen TNI (Purn) Moeng Parhadimulyo.
Cikal bakal Kopassus lahir dari Kesatuan Komando Tentara Territorium (Kesko TT) III/ Siliwangi bentukan Kolonel AE Kawilarang. Setelah menempuh berbagai pendidikan, prajurit Kesko TT-III/Siliwangi diberi badge tanda kelulusan. Untuk melengkapi itu, para prajurit diberikan seragam loreng dengan corak khusus yang dikenal dengan loreng macan tutul.
"Aslinya pakaian loreng itu buatan Amerika yang diproduksi pada masa Perang Dunia I dalam jumlah besar untuk US Marine," bunyi penjelasan dalam buku "Kopassus untuk Indonesia" dikutip Senin (3/1/2022).
Seragam ini bersanding dengan baret merah saat prajurit Kopassus melaksanakan operasi tempur seperti menumpas gerombolan DI/TII. Namun lama kelamaan stoknya menipis. Ternyata di Amerika Serikat seragam itu tidak diproduksi lagi.
Akhirnya muncul gagasan untuk membuat pakaian seragam khusus bagi Kopassus. Lalu muncul ide motif loreng darah mengalir. Penggunaan seragam motif ini disetujui oleh Kolonel Inf Moeng Parhadimulyo yang saat itu menjabat Komandan RPKAD (sekarang Kopassus) pada 1958-1964. Seragam ini dikenalkan pada HUT ABRI 5 Oktober 1964.