Korps Marinir memiliki ciri khas Baret Ungu yang diyakini kesaktian yang ampuh dan mampu memberikan pengamanan serta perlindungan. Warna ungu diartikan dapat diandalkan kemampuannya dalam melindungi dan mengamankan Negara dan Bangsa Indonesia.
Selain itu, warna ungu juga diilhami oleh Bunga Bougenville, melambangkan pengabdian prajurit Korps Marinir yang selalu siap berkorban jiwa raga bagi keutuhan dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Penggunaan warna ungu oleh Korps Marinir (ketika masih bernama KKO-AL) pada 1958, berupa pita sebagai kode pengamanan untuk mengadakan operasi pendaratan di Padang, Sumatra Barat dalam rangka Operasi 17 Agustus. Baret Ungu untuk pertama kalinya dipergunakan oleh Batalyon-1 KKO-AL dalam Operasi Alugoro di Aceh.
Selanjutnya baret tersebut dilengkapi dengan emblem. Pada awalnya emblem Korps Marinir berbentuk segi lima warna merah dengan lambang topi baja Romawi dan dua pedang bersilang di tengahnya. Pemasangan emblem di baret terletak di samping kiri depan.
Bertepatan dengan HUT ke-17 KKO-AL pada 1962, diadakan perubahan lambang emblem baret Keris Samudera dikelilingi oleh pita dengan tulisan “Jalesu Bhumyamca Jayamahe” dan terdapat tulisan “Korps Komando” di bawahnya. Di antara tulisan Korps dengan Komando terdapat angka 1945 yang menandakan Korps Marinir lahir.
Seluruh lambang dan tulisan emblem tersebut terbuat dari kuningan yang beralaskan warna merah segi lima. Pada 1968, Diadakan lagi perubahan yaitu dengan member garis pinggir “Kuning” dari segi lima merahnya.