JAKARTA, iNews.id - Mengenang Mbah Maridjan si juru kunci gunung merapi. Pria dengan nama asli Mas Penewu Surakso Hargo cukup dikenal masyarakat. Terutama ketika bicara tentang peristiwa bencana alam Gunung Merapi 2006 dan 2010.
Sebelum mengulas lebih jauh tentang kehidupan Mbah Maridjan, perlu diketahui juga sosok singkat si juru kunci Gunung Merapi. Dihimpun dari beberapa sumber, Mbah Maridjan lahir di Dukuh Kineharjo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta 5 Februari 1927 dan wafat pada 26 Oktober 2010. Mbah Maridjan memiliki istri bernama Ponirah dan 10 anak.
Dia menjalankan amanah dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada 1970 sebagai wakil juru kunci dengan pangkat Mantri Juru Kuci mendampingi ayahnya saat itu sebagai juru kunci Gunung Merapi. Sejak itu dia sering mendampingi ayahnya memimpin upacara ritual labuhan di puncak Gunung Merapi.
Setelah ayahnya meninggal pada 3 Maret 1982 dia kemudian diangkat menjadi juru kunci pada 1982. Masyarakat setempat selalu menungggu arahan darinya untuk mengungsi ketika Gunung Merapi meletus.
Semasa hidupnya dia mendapatkan penghargaan Anugerah Budaya 2011 dari Pemerintahan Provinsi DIY dalam kategori pelestari adat dan tradisi. Pemberian penghargaan dilakukan Sekretaris Daerah Provinsi DIY Ikhsanuri, pada 29 November 2011, di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta.
Sebagai abdi dalem Keraton, Mbah Maridjan sangat setia terhadap amanah yang diberikan oleh Sri Sultan Hamengkubowono IX. Kesetiaannya terlihat ketika Gunung Merapi setinggi 2.930 meter itu memuntahkan awan panas Oktober 2010.