JAKARTA, iNews.id - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy geram ada pejabat yang ingin menutupi bencana kelaparan di tiga distrik Papua Tengah yakni Agandugume, Lambewi, dan Oneri. Diketahui 8.000 orang terdampak bencana kelaparan tersebut.
Bahkan, sebanyak 6 orang meninggal dunia akibat bencana kelaparan di sana, satu di antaranya merupakan balita.
“Sudah tahu rakyatnya lapar, pejabatnya masih minta supaya tidak diumumkan supaya jangan lapar. Itu (penyebabnya) hanya diare, ya diare karena lapar,” ucap Muhadjir dikutip Sabtu (12/8/2023).
Muhadjir mengatakan memang tidak ada visum dokter yang menyatakan ada kematian karena kelaparan, yang ada karena diare. Namun, penyebab diare itu karena masyarakat terpaksa mengonsumsi umbi-umbian busuk penuh bakteri.
“Sampai kita bingung bagaimana ini menjelaskan itu. Ya memang kalau visum dokter, enggak ada kan visum dokter mati karena lapar, ya enggak ada. Ya memang diare, diarenya itu karena makan umbi-umbian yang sudah busuk, penuh bakteri mematikan ya meninggal lah dia,” katanya.
Muhadjir pun mengungkapkan krisis pangan itu lah yang menjadi penyebab masyarakat kelaparan sehingga terpaksa mengonsumsi umbi-umbian busuk. Diketahui, cuaca ekstrem membuat kekeringan melanda Papua Tengah.
“Lha, kenapa kok makan-makan umbi-umbian sudah busuk? Ya karena gak ada yang tidak busuk. Kalau ada yang tidak busuk makan yang busuk ya pasti aneh itu. Kok gitu dibilang krisis pangan, kelaparan enggak boleh,” kata Muhadjir.
Muhadjir pun sempat menegur Sekretaris Daerah (Sekda) setempat yang membuat pernyataan kematian dari 6 masyarakat Papua Tengah bukan karena kelaparan tapi diare.
“Sampai Sekdanya saya tanya bagaimana sih sampean kok bisa pernyataan itu bukan karena kelaparan tapi diare. Ini mentolo (tega) ketika rakyat sedang meregang nyawa, kita masih cari-cari khawatir kalau nanti dianggap tidak berprestasi,” katanya.