Dia menjelaskan, tekanan muncul karena posisi pemerintah yang selalu berada di tengah. Saat harga naik, konsumen marah. Saat harga turun, petani protes. Ketika harga stabil, asosiasi pedagang pun kerap bersuara.
“Harga naik dimarahi konsumen, harga turun dimarahi petani, harga sedang-sedang saja asosiasi (pengusaha) marah. Ini yang bikin stres,” ucapnya.
Amran bahkan mengungkapkan pengalaman pribadi saat mengalami vertigo berat akibat tekanan tersebut.
“Saya pernah vertigo sampai tujuh jam dirawat, baru bisa bangun. Minus dua hari Lebaran. Jangan sampai terulang,” tuturnya.
Dia menuturkan, penegakan hukum di sektor pangan terus berjalan. Hingga kini, 75 pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penipuan dan kecurangan distribusi pangan, serta ribuan izin usaha dicabut di sektor beras, minyak goreng, pupuk, dan komoditas lainnya.
“Itu bukan kesalahan biasa. Itu penipuan, titik. Dan negara harus hadir melindungi rakyat,” ujarnya.
Pemerintah mengajak seluruh pelaku usaha, asosiasi, dan pemangku kepentingan pangan untuk mematuhi HET dan HPP, menjaga tata niaga yang jujur dan berkeadilan, agar masyarakat dapat merayakan Natal dan Tahun Baru dengan tenang, harga stabil, dan pasokan aman.