Mereka yakin bahwa jika tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda, mereka tetap dapat merasa mempunyai hal yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Jika mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkungkung dalam status nenek moyang mereka dan hidup dalam kelas sosial tertutup.
Mobilitas sosial dapat terjadi karena beberapa faktor, yakni
meliputi faktor struktural, faktor individu, status sosial, keadaan ekonomi, faktor demografi, situasi politik, dan motif-motif keagamaan.
Faktor struktural meliputi struktur pekerjaan, perbedaan fertilitas, dan sistem ekonomi ganda yang diterapkan pada suatu negara.
Faktor terjadinya mobilitas sosial berikutnya adalah faktor individu. Faktor individu meliputi kemampuan, orientasi sikap terhadap mobilitas sosial, dan kemujuran.
Faktor terjadinya mobilitas sosial berikutnya adalah status sosial. Dalam masyarakat yang memiliki struktur sosial luwes, individu dapat membangun kedudukan sendiri di lapisan yang lebih tinggi.
Masyarakat yang tinggal di daerah minus biasanya lebih terdorong untuk memperbaiki kehidupan dan kedudukannya.
Kepadatan penduduk dan kemiskinan akan mendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas geografik.
Biasanya situasi politik yang tidak menentu justru mendorong masyarakat melakukan mobilitas geografik juga.
Motif-motif keagamaan dapat menyebabkan seseorang melakukan mobilitas geografik maupun mobilitas sosial vertikal.